contoh makalah kajian bahasa ngapak linguistik umum
BAHASA NGAPAK
(Makalah)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah
Sosiolinguistik
Dosen Pengampu :Bahagiya, M.Hum
Disusun Oleh :
NAMA : AGUS SUSANTO
NIM : 12211002
KELAS : A
PRODI : PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kepada pembaca
tentang bahasa “NGAPAK”
Makalah ini berisi beberapa informasi tentang seputar bahasa
ngapak,yang kami harapkan dapat memberikan informasi kepada para
pembaca tentang pemahaman seputar bahasa ngapak
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Pringsewu,
juni 2011
Penulis
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah alat interaksi sosial dalam arti alat untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, maupun konsep perasaan (Chaer, 2007). Ngapak itu
apa? Bahasa Banyumasan sering disebut juga bahasa NGAPAK menjadi
salah satu ciri khas dari masyarakat Banyumasan. Bahasa Ngapak/Bahasa
Banyumasan banyak dipakai di daerah Cilacap, Kebumen, Banjarnegara,
Purbalingga, Purwokerto, Bumiayu, Slawi, Pemalang, Tegal, Brebes dsk
Dialek Banyumasan atau sering disebut Bahasa Ngapak Ngapak adalah
kelompok bahasa bahasa Jawa yang dipergunakan di wilayah barat Jawa
Tengah, Indonesia. Beberapa kosakata dan dialeknya juga dipergunakan di
Banten utara serta daerah Cirebon-Indramayu. Logat bahasanya agak
berbeda dibanding dialek bahasa Jawa lainnya. Hal ini disebabkan bahasa
Banyumasan masih berhubungan erat dengan bahasa Jawa Kuna (Kawi).
Bahasa Banyumasan terkenal dengan cara bicaranya yang khas. Dialek ini
disebut Banyumasan karena dipakai oleh masyarakat yang tinggal di wilayah
Banyumasan.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini,penulis berusaha mengupas masalah mengeni:
1. Pengertian bahasa ngapak
2. Contoh bahasa ngapak
3. Ciri bahasa ngapak
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah yaitu penulis berusaha mengupas seputar
bahasa ngapak sebagai penambah wawasan dan juga untuk memenuhi
salah satu tugas akhir mata kuliah sosiolinguistik.
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Ngapak itu apa?Bahasa Banyumasan sering disebut juga bahasa NGAPAK
menjadi salah satu ciri khas dari masyarakat Banyumasan. Bahasa
Ngapak/Bahasa Banyumasan banyak dipakai di daerah Cilacap, Kebumen,
Banjarnegara, Purbalingga, Purwokerto, Bumiayu, Slawi, Pemalang, Tegal,
Brebes dsk ".
2.2 Asal-Usul
Bahasa adalah alat interaksi sosial dalam arti alat untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, maupun konsep perasaan (Chaer, 2007). Banyumasan
atau sering disebut Bahasa Ngapak Ngapak adalah kelompok bahasa
bahasa Jawa yang dipergunakan di wilayah barat Jawa Tengah, Indonesia.
Beberapa kosakata dan dialeknya juga dipergunakan di Banten utara serta
daerah Cirebon-Indramayu. Logat bahasanya agak berbeda dibanding dialek
bahasa Jawa lainnya. Hal ini disebabkan bahasa Banyumasan masih
berhubungan erat dengan bahasa Jawa Kuna (Kawi). Bahasa Banyumasan
terkenal dengan cara bicaranya yang khas. Dialek ini disebut Banyumasan
karena dipakai oleh masyarakat yang tinggal di wilayah
Banyumasan.Seorang ng ahli bahasa Belanda, E.M. Uhlenbeck,
mengelompokan dialek-dialek yang dipergunakan di wilayah barat dari Jawa
Tengah sebagai kelompok (rumpun) bahasa Jawa bagian barat
(Banyumasan, Tegalan, Cirebonan dan Banten Utara). Kelompok lainnya
adalah bahasa Jawa bagian Tengah (Surakarta, Yogyakarta, Semarang
dll) dan kelompok bahasa Jawa bagian Timur.Kelompok bahasa Jawa bagian
barat (harap dibedakan dengan Jawa Barat/Bahasa Sunda) inilah yang
sering disebut bahasa Banyumasan (ngapak-ngapak). Secara geografis,
wilayah Banten utara dan Cirebon-Indramayu memang berada di luar
wilayah berbudaya Banyumasan tetapi menurut budayawan Cirebon TD
Sudjana, logat bahasanya memang terdengar sangat mirip dengan bahasa
Banyumasan. Hal ini menarik untuk dikaji secara historis.Dibandingkan
dengan bahasa Jawa dialek Yogyakarta dan Surakarta, dialek Banyumasan
banyak sekali bedanya. Perbedaan yang utama yakni akhiran ‘a’ tetap
diucapkan ‘a’ bukan ‘o’. Jadi jika di Solo orang makan ‘sego’ (nasi), di wilayah
Banyumasan orang makan ‘sega’. Selain itu, kata-kata yang berakhiran
huruf mati dibaca penuh, misalnya kata enak oleh dialek lain bunyinya ena,
sedangkan dalam dialek Banyumasan dibaca enak dengan suara huruf ‘k’
yang jelas, itulah sebabnya bahasa Banyumasan dikenal dengan bahasa
Ngapak atau Ngapak-ngapak. Dialek Cirebonan berkaitan erat dengan
kultur Jawa-Pantura, yaitu Cirebon, Indrmayu sampai dengan Serang; oleh
karenanya bahasa yang mereka gunakan pun memiliki ciri khas dengan icon
jawa-pantura. Kosa-kata bahasa jawa-pantura boleh jadi “ada yang
sama” dengan bahasa banyumasan; hal itu boleh jadi disebabkan oleh
fungsi bahasa komunikasi (jawa, kawi, sanskerta) yang bersifat universal.
Akan tetapi sesungguhnya dialek jawa-pantura tetap mempunyai ciri khas
yang tidak dapat disamakan dengan dialek banyumasan. Dengan demikian,
kita juga sulit mengatakan bahwa wong Cirebon, Indramayu, Serang
disebut ngapak-ngapak. Tidak pula untuk dialek Tegal. Ngapak, tetap lebih
pas dialamatkan kepada (khusus) dialek banyumasan. Namun demikian
dalam menyikapi siapa yang berbahasa Ngapak, kita tidak bisa
membandingkan-lurus dengan area administratif-geografis. Misalnya,
tidak seluruh kawasan Kab. Cilacap disebut Ngapak. Cilacap Barat, seperti
di beberapa desa di Kecamatan Karang Pucung, Cimanggu, Wanareja, dan
Majenang, malah sudah agak “bengkok” ke dialek “kulonan” atau pinjam
istilah dalam seni karawitan, disebut dialek “jaipongan”
Bahasa Ngapak juga terncam punah karena (mungkin) akan ditinggalkan
oleh warganya. Generasi sekarang (maaf, para kawula muda) nyaris
kesulitan cara menulis bahasa jawa dengan aksara latin. Apalagi dengan
huruf jawa Ha Na Ca Ra Ka… Disamping itu, pihak Pemerintah (Jawa
Tengah) belum memberikan dukungan terhadap kelestarian bahasa
Ngapak. Sebagai misal bahasa pengantar di sekolah-sekolah di kawasan
Ngapak (mungkin) tidak diwajibkan mengunakan bahasa Ngapak, tetapi
malahan menggunakan bahasa bandhek.Para sedulur, nuwun sewu, cara
nulis basa jawa “sing bener” ya kudu nurut maring aksara jawa Ha Na Ca R
Ka. Aksara jawa langka vokal “O” anane “A”. Menurut para pakar bahasa,
sebagai bagian dari bahasa Jawa maka dari waktu ke waktu, bahasa
Banyumasan mengalami tahap-tahap perkembangan sebagai berikut:
- Abad ke-9 - 13 sebagai bagian dari bahasa Jawa kuno
- Abad ke-13 - 16 berkembang menjadi bahasa Jawa abad pertengahan
- Abad ke-16 - 20 berkembang menjadi bahasa Jawa baru
- Abad ke-20 - sekarang, sebagai salah satu dialek bahasa Jawa
modern.
(Tahap-tahapan ini tidak berlaku secara universal) Tahap-tahapan
perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh munculnya kerajaan-
kerajaan di pulau Jawa yang juga menimbulkan tumbuhnya budaya-budaya
feodal. Implikasi selanjutnya adalah pada perkembangan bahasa Jawa yang
melahirkan tingkatan-tingkatan bahasa berdasarkan status sosial. Tetapi
pengaruh budaya feodal ini tidak terlalu signifikan menerpa masyarakat di
wilayah Banyumasan. Itulah sebabnya pada tahap perkembangan di era
bahasa Jawa modern ini, terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara
bahasa Banyumasan dengan bahasa Jawa standar sehingga di masyarakat
Banyumasan timbul istilah bandhekan untuk merepresentasikan gaya
bahasa Jawa standar, atau biasa disebut bahasa wetanan (timur).
(http://keselip.blogspot.com/2011/04/sejarah-bahasa-ngapak.html)
Kalau orang Kebumen menamakan bahasa ini dengan nama Bahasa Ngapak.
Karena, klo mereka mengucapkan huruf 'K' jelas sekali, ga kayak orang2
lain yg klo mengucapkan huruf tersebut kurang begitu jelas. misalnya thok
klo wong ngapak ngomongnya ya thok, tp klo orang jogja ke timur lain lagi.
yaitu tho'.
2.3 Contoh Bahasa Ngapak
apa jenenge = apaan
lumah = terlentang
keprimen/kepriben = gimana
mengko = nanti
mengko disit = nanti dulu
mbejud = nakal
dengklang = pincang
cempulek = alamak, astaga.....
mandeg = berhenti , ngandegna = berhentikan
kula = saya
inyong = aku
gigal = jatuh
tambahan
gajul = nendang pake ujung kaki
nylekamit = enak, nikmat
eman = sayang
eman-eman = sayang (kalo mo buang sesuatu)
misal "eman-eman nek dibuang = sayang kalo dibuang"
ngrungokna = dengarkan
bodol = rusak
inggeng-inggeng = ngintip
turut = sepanjang, contoh "turut gili = sepanjang jalan"
gili = jalan
mukti (biasanya berubah jadi "kemukten" ) = harga diri, kebanggaan,
kharisma
kemukten = ke
temen = banget
disit = dulu
ndisiti = mendahului
lipen, liven = lipstik
rowas-rawes = berantakan (acak-acakan)
ke-leg = ketelan
di cekeli = dipegangin
manga = buka mulut
keplak = pukul (pukulan ringan)
gebuk = pukul juga tapi yang keras
jotos = sama juga artinya ama gebuk, kalo jotos pake tangan kalo gebuk
pake alat
cebrik = becek
ngode = bekerja
madang = makan
pahal = kerja
laut = selesai bekerja
mangga = silahkan
aja kaya kuwe = jangan seperti itu
teles = basah
rika = kamu
kethek = monyet
teles jebes = basah kuyup
wagu = jelek, ungkapan tidak puas atas sesuatu hal
mangan : makan
mlayu : lari (berlari)
mlaku : jalan (berjalan)
turu : tidur
ngangsu : ambil air di sumur pakai ember
njagong : duduk
ngguyu : tertawa
wareg : kenyang
kenchot : laper
keblethengen : ingin buang air besar
kuwe : itu
kiye : ini
endhas : kepala
garing : kering
numpak : naik
dablongan = sifatnya tidak bisa dipegang
semanger = ramai, meriah
entong = habis
rika/ko/kowe = kamu
bapane / ramane = bapakmu
biyunge/mamake = ibumu
nylekamin = lezat
badhogan = makanan
mbadhog = mangan
gaGEhan = buruan
lempogen = cape
gelisan = cepetan
cempulekE = ternyata
ijig-ijig = tiba-tiba
pedangan = dapur
kencot = lapar
sripilan = bonus
ninine : nenek
kakine : kakek
mbandreng : ingin sekali
kisik : pantai
semblothongan = sembarangan, asal-asalan
jane = seharusnya
nek/angger = kalau
boled=ketela pohon
munthul=ketela rambat
pawon = kompor dari tanah
soled = untuk menggoreng ( angel gole njelasna )
waja = penggorengan
mutu = ulekan
ciri = tempat ulekan (terbuat dari tanah liat apa batu)
peso = pisau
lumpang = tumbukan
alu = penumbuk
panci = panci
dhandhang = panci besar
rek jes = korek api
mbledhug = meletus
ndah-ndoh = plin-plan
leled = lamban
tumplek, wutah = tumpah
gedobragan = pecicilan, lari-lari, bikin ribut......
kemlithak = sok,
gemagus = sok
batur = pembantu
mambrah-mambrah = berserakan
kepriwen = gimana
emut = inget
nuwun sewu = permisi
tenimbang = daripada
runtah = sampah
ngletak = gigit sampe pecah, sampe keluar bunyi
mlarat = miskin
rayat = pembantu
majikane = majikan
padon = pojok
menangi = ketemu
- tek ajar = di amuk
- tek duphak = tendangan
- tek gajul = tendangan
- tek keplak = pukulan tangan
- tek khampleng = pukulan tangan
- tek dhupak = tendangan
- tek antem = hantam
(http://fismaba.forumotion.com/t136-kamus-bahasa-ngapak-
bahasanya-orang-kebumen-dan-sekitarnya)
2.4 Ciri-Ciri
Ciri-ciri utama bahasa ngapak yaitu dalam penggunaan nya menggunakan
dialek”a”.Karena sifatnya yang apa adanya maka bahasa ngapak jarang
sekali mengenal ewuh pekewuh atau rasa sungkan terhadap sesuatu.
Bahasa Ngapak memiliki keunikan tersendiri. Salah satu keunikan bahasa ini
adalah terdengar dan terkesan lucu. Maka tak jarang kita menemukan
bahasa Ngapak yang digunakan pelawak untuk membuat kelucuan.
Contohnya adalah Parto dan Cici Tegal. Mereka sering menggunakan
bahasa Ngapak dalam lawakannya. Kata-kata pada bahasa Ngapak pun
terkesan unik, misalnya kepriwe (bagaimana), inyong (saya), kencot (lapar).
Pada bahasa jawa standar, kata-kata itu diucapkan kepiye/piye, aku/
kula, dan ngelih/luwe.
Struktur bahasa Ngapak masih terpengaruh bahasa Jawa Kuna yakni
bahasa kawi. Jika dibandingkan dengan bahasa jawa standar, bahasa
Ngapak dalam tindak tutur menggunakan penekanan yang lebih jelas dan
tebal pada huruf, seperti huruf /k/ diakhir kata dibaca mendekati bunyi
[g], huruf /p/ mendekati bunyi [b], dan huruf /l/ yang pengucapannya
jelas dan tebal. Pengucapan vokal [a], [i], [u], [e], dan [o] pada bahasa
Ngapak dibaca dengan jelas dan tebal. Misalnya pada pengucapan kata
sega (nasi). Vokal pada akhir kata tersebut tetap berbunyi dengan intonasi
yang jelas dan tebal. Tidak seperti bahasa jawa standar yang diucapkan
sego. Selain itu juga sering digunakan pertikel tambahan seperti baén, géh,
gyéh, baé dan lain-lain.
Dalam bahasa Ngapak juga tidak banyak terdapat gradasi unggah-ungguh
atau tingkat bahasa seperti pada jawa standar yakni ngoko, ngoko alus,
krama inggil dan lain-lain. Hal ini memperlihatkan suatu ciri bahasa yang tidak
membedakan tingkat atau strata pada masyarakat. Kesamaan sosial ini
memunculkan istilah penginyongan yang bertentangan dengan budaya
feodal jawa yang tidak sesuai lagi dengan asas-asas demokrasi.
Sekarang disinyalir penggunaan bahasa Ngapak semakin menipis. Ini
dikarenakan kurangnya rasa bangga terhadap bahasa daerah pada putra
daerah. Mereka yang merantau ke daerah lain, biasanya beradaptasi
dengan bahasa pada daerah itu dan mengurangi intensitas penggunaan
bahasa Ngapak. Selain itu juga dikarenakan pengaruh bahasa asing yang
dinilai perlu untuk menghadapi tantangan kemajuan zaman dan teknologi.
Pelestarian bahasa daerah harus tetap dijalankan dan ditingkatkan. Ini
dapat dimulai dari kesadaran masyarakat agar tetap menjunjung tinggi
bahasa daerah disamping bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
(http://andixjelek.blogspot.com/2008/06/tentang-bahasa.html)
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam penulisan makalah ini penulis dapat menyimpulkan bahwa bahasa
adalah alat interaksi sosial dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran,
gagasan, maupun konsep perasaan. Bahasa Ngapak adalah Bahasa
Banyumasan menjadi salah satu ciri khas dari masyarakat Banyumasan
Dalam bahasa Ngapak juga tidak banyak terdapat gradasi unggah-
ungguh atau tingkat bahasa seperti pada Jawa standar yakni ngoko,
ngoko alus, krama inggil dan lain-lain. Hal ini memperlihatkan suatu ciri
bahasa yang tidak membedakan tingkat atau strata pada masyarakat
3.2 Saran
Sebaiknya bila kita akan menggunakan bahasa Ngapak janganlah
menggunakan bahasa tersebut d media-media yang cangkupannya luas
atau nasional seperti televisi, koran dan sebagainya. Karena bila kita
menggunaakan bahasa tersebut dikhawatirkan orang yang membaca
atau mendengarkan tidak akan mengerti tentang maksud dan tujuan
yang hendak disampaikan oleh si pembicara atau penulis tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://keselip.blogspot.com/2011/04/sejarah-bahasa-ngapak.html
http://fismaba.forumotion.com/t136-kamus-bahasa-ngapak-bahasanya-
orang- kebumen-dan-sekitarnya
http://andixjelek.blogspot.com/2008/06/tentang-bahasa.html)
(Makalah)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah
Sosiolinguistik
Dosen Pengampu :Bahagiya, M.Hum
Disusun Oleh :
NAMA : AGUS SUSANTO
NIM : 12211002
KELAS : A
PRODI : PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kepada pembaca
tentang bahasa “NGAPAK”
Makalah ini berisi beberapa informasi tentang seputar bahasa
ngapak,yang kami harapkan dapat memberikan informasi kepada para
pembaca tentang pemahaman seputar bahasa ngapak
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Pringsewu,
juni 2011
Penulis
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah alat interaksi sosial dalam arti alat untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, maupun konsep perasaan (Chaer, 2007). Ngapak itu
apa? Bahasa Banyumasan sering disebut juga bahasa NGAPAK menjadi
salah satu ciri khas dari masyarakat Banyumasan. Bahasa Ngapak/Bahasa
Banyumasan banyak dipakai di daerah Cilacap, Kebumen, Banjarnegara,
Purbalingga, Purwokerto, Bumiayu, Slawi, Pemalang, Tegal, Brebes dsk
Dialek Banyumasan atau sering disebut Bahasa Ngapak Ngapak adalah
kelompok bahasa bahasa Jawa yang dipergunakan di wilayah barat Jawa
Tengah, Indonesia. Beberapa kosakata dan dialeknya juga dipergunakan di
Banten utara serta daerah Cirebon-Indramayu. Logat bahasanya agak
berbeda dibanding dialek bahasa Jawa lainnya. Hal ini disebabkan bahasa
Banyumasan masih berhubungan erat dengan bahasa Jawa Kuna (Kawi).
Bahasa Banyumasan terkenal dengan cara bicaranya yang khas. Dialek ini
disebut Banyumasan karena dipakai oleh masyarakat yang tinggal di wilayah
Banyumasan.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini,penulis berusaha mengupas masalah mengeni:
1. Pengertian bahasa ngapak
2. Contoh bahasa ngapak
3. Ciri bahasa ngapak
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah yaitu penulis berusaha mengupas seputar
bahasa ngapak sebagai penambah wawasan dan juga untuk memenuhi
salah satu tugas akhir mata kuliah sosiolinguistik.
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Ngapak itu apa?Bahasa Banyumasan sering disebut juga bahasa NGAPAK
menjadi salah satu ciri khas dari masyarakat Banyumasan. Bahasa
Ngapak/Bahasa Banyumasan banyak dipakai di daerah Cilacap, Kebumen,
Banjarnegara, Purbalingga, Purwokerto, Bumiayu, Slawi, Pemalang, Tegal,
Brebes dsk ".
2.2 Asal-Usul
Bahasa adalah alat interaksi sosial dalam arti alat untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, maupun konsep perasaan (Chaer, 2007). Banyumasan
atau sering disebut Bahasa Ngapak Ngapak adalah kelompok bahasa
bahasa Jawa yang dipergunakan di wilayah barat Jawa Tengah, Indonesia.
Beberapa kosakata dan dialeknya juga dipergunakan di Banten utara serta
daerah Cirebon-Indramayu. Logat bahasanya agak berbeda dibanding dialek
bahasa Jawa lainnya. Hal ini disebabkan bahasa Banyumasan masih
berhubungan erat dengan bahasa Jawa Kuna (Kawi). Bahasa Banyumasan
terkenal dengan cara bicaranya yang khas. Dialek ini disebut Banyumasan
karena dipakai oleh masyarakat yang tinggal di wilayah
Banyumasan.Seorang ng ahli bahasa Belanda, E.M. Uhlenbeck,
mengelompokan dialek-dialek yang dipergunakan di wilayah barat dari Jawa
Tengah sebagai kelompok (rumpun) bahasa Jawa bagian barat
(Banyumasan, Tegalan, Cirebonan dan Banten Utara). Kelompok lainnya
adalah bahasa Jawa bagian Tengah (Surakarta, Yogyakarta, Semarang
dll) dan kelompok bahasa Jawa bagian Timur.Kelompok bahasa Jawa bagian
barat (harap dibedakan dengan Jawa Barat/Bahasa Sunda) inilah yang
sering disebut bahasa Banyumasan (ngapak-ngapak). Secara geografis,
wilayah Banten utara dan Cirebon-Indramayu memang berada di luar
wilayah berbudaya Banyumasan tetapi menurut budayawan Cirebon TD
Sudjana, logat bahasanya memang terdengar sangat mirip dengan bahasa
Banyumasan. Hal ini menarik untuk dikaji secara historis.Dibandingkan
dengan bahasa Jawa dialek Yogyakarta dan Surakarta, dialek Banyumasan
banyak sekali bedanya. Perbedaan yang utama yakni akhiran ‘a’ tetap
diucapkan ‘a’ bukan ‘o’. Jadi jika di Solo orang makan ‘sego’ (nasi), di wilayah
Banyumasan orang makan ‘sega’. Selain itu, kata-kata yang berakhiran
huruf mati dibaca penuh, misalnya kata enak oleh dialek lain bunyinya ena,
sedangkan dalam dialek Banyumasan dibaca enak dengan suara huruf ‘k’
yang jelas, itulah sebabnya bahasa Banyumasan dikenal dengan bahasa
Ngapak atau Ngapak-ngapak. Dialek Cirebonan berkaitan erat dengan
kultur Jawa-Pantura, yaitu Cirebon, Indrmayu sampai dengan Serang; oleh
karenanya bahasa yang mereka gunakan pun memiliki ciri khas dengan icon
jawa-pantura. Kosa-kata bahasa jawa-pantura boleh jadi “ada yang
sama” dengan bahasa banyumasan; hal itu boleh jadi disebabkan oleh
fungsi bahasa komunikasi (jawa, kawi, sanskerta) yang bersifat universal.
Akan tetapi sesungguhnya dialek jawa-pantura tetap mempunyai ciri khas
yang tidak dapat disamakan dengan dialek banyumasan. Dengan demikian,
kita juga sulit mengatakan bahwa wong Cirebon, Indramayu, Serang
disebut ngapak-ngapak. Tidak pula untuk dialek Tegal. Ngapak, tetap lebih
pas dialamatkan kepada (khusus) dialek banyumasan. Namun demikian
dalam menyikapi siapa yang berbahasa Ngapak, kita tidak bisa
membandingkan-lurus dengan area administratif-geografis. Misalnya,
tidak seluruh kawasan Kab. Cilacap disebut Ngapak. Cilacap Barat, seperti
di beberapa desa di Kecamatan Karang Pucung, Cimanggu, Wanareja, dan
Majenang, malah sudah agak “bengkok” ke dialek “kulonan” atau pinjam
istilah dalam seni karawitan, disebut dialek “jaipongan”
Bahasa Ngapak juga terncam punah karena (mungkin) akan ditinggalkan
oleh warganya. Generasi sekarang (maaf, para kawula muda) nyaris
kesulitan cara menulis bahasa jawa dengan aksara latin. Apalagi dengan
huruf jawa Ha Na Ca Ra Ka… Disamping itu, pihak Pemerintah (Jawa
Tengah) belum memberikan dukungan terhadap kelestarian bahasa
Ngapak. Sebagai misal bahasa pengantar di sekolah-sekolah di kawasan
Ngapak (mungkin) tidak diwajibkan mengunakan bahasa Ngapak, tetapi
malahan menggunakan bahasa bandhek.Para sedulur, nuwun sewu, cara
nulis basa jawa “sing bener” ya kudu nurut maring aksara jawa Ha Na Ca R
Ka. Aksara jawa langka vokal “O” anane “A”. Menurut para pakar bahasa,
sebagai bagian dari bahasa Jawa maka dari waktu ke waktu, bahasa
Banyumasan mengalami tahap-tahap perkembangan sebagai berikut:
- Abad ke-9 - 13 sebagai bagian dari bahasa Jawa kuno
- Abad ke-13 - 16 berkembang menjadi bahasa Jawa abad pertengahan
- Abad ke-16 - 20 berkembang menjadi bahasa Jawa baru
- Abad ke-20 - sekarang, sebagai salah satu dialek bahasa Jawa
modern.
(Tahap-tahapan ini tidak berlaku secara universal) Tahap-tahapan
perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh munculnya kerajaan-
kerajaan di pulau Jawa yang juga menimbulkan tumbuhnya budaya-budaya
feodal. Implikasi selanjutnya adalah pada perkembangan bahasa Jawa yang
melahirkan tingkatan-tingkatan bahasa berdasarkan status sosial. Tetapi
pengaruh budaya feodal ini tidak terlalu signifikan menerpa masyarakat di
wilayah Banyumasan. Itulah sebabnya pada tahap perkembangan di era
bahasa Jawa modern ini, terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara
bahasa Banyumasan dengan bahasa Jawa standar sehingga di masyarakat
Banyumasan timbul istilah bandhekan untuk merepresentasikan gaya
bahasa Jawa standar, atau biasa disebut bahasa wetanan (timur).
(http://keselip.blogspot.com/2011/04/sejarah-bahasa-ngapak.html)
Kalau orang Kebumen menamakan bahasa ini dengan nama Bahasa Ngapak.
Karena, klo mereka mengucapkan huruf 'K' jelas sekali, ga kayak orang2
lain yg klo mengucapkan huruf tersebut kurang begitu jelas. misalnya thok
klo wong ngapak ngomongnya ya thok, tp klo orang jogja ke timur lain lagi.
yaitu tho'.
2.3 Contoh Bahasa Ngapak
apa jenenge = apaan
lumah = terlentang
keprimen/kepriben = gimana
mengko = nanti
mengko disit = nanti dulu
mbejud = nakal
dengklang = pincang
cempulek = alamak, astaga.....
mandeg = berhenti , ngandegna = berhentikan
kula = saya
inyong = aku
gigal = jatuh
tambahan
gajul = nendang pake ujung kaki
nylekamit = enak, nikmat
eman = sayang
eman-eman = sayang (kalo mo buang sesuatu)
misal "eman-eman nek dibuang = sayang kalo dibuang"
ngrungokna = dengarkan
bodol = rusak
inggeng-inggeng = ngintip
turut = sepanjang, contoh "turut gili = sepanjang jalan"
gili = jalan
mukti (biasanya berubah jadi "kemukten" ) = harga diri, kebanggaan,
kharisma
kemukten = ke
temen = banget
disit = dulu
ndisiti = mendahului
lipen, liven = lipstik
rowas-rawes = berantakan (acak-acakan)
ke-leg = ketelan
di cekeli = dipegangin
manga = buka mulut
keplak = pukul (pukulan ringan)
gebuk = pukul juga tapi yang keras
jotos = sama juga artinya ama gebuk, kalo jotos pake tangan kalo gebuk
pake alat
cebrik = becek
ngode = bekerja
madang = makan
pahal = kerja
laut = selesai bekerja
mangga = silahkan
aja kaya kuwe = jangan seperti itu
teles = basah
rika = kamu
kethek = monyet
teles jebes = basah kuyup
wagu = jelek, ungkapan tidak puas atas sesuatu hal
mangan : makan
mlayu : lari (berlari)
mlaku : jalan (berjalan)
turu : tidur
ngangsu : ambil air di sumur pakai ember
njagong : duduk
ngguyu : tertawa
wareg : kenyang
kenchot : laper
keblethengen : ingin buang air besar
kuwe : itu
kiye : ini
endhas : kepala
garing : kering
numpak : naik
dablongan = sifatnya tidak bisa dipegang
semanger = ramai, meriah
entong = habis
rika/ko/kowe = kamu
bapane / ramane = bapakmu
biyunge/mamake = ibumu
nylekamin = lezat
badhogan = makanan
mbadhog = mangan
gaGEhan = buruan
lempogen = cape
gelisan = cepetan
cempulekE = ternyata
ijig-ijig = tiba-tiba
pedangan = dapur
kencot = lapar
sripilan = bonus
ninine : nenek
kakine : kakek
mbandreng : ingin sekali
kisik : pantai
semblothongan = sembarangan, asal-asalan
jane = seharusnya
nek/angger = kalau
boled=ketela pohon
munthul=ketela rambat
pawon = kompor dari tanah
soled = untuk menggoreng ( angel gole njelasna )
waja = penggorengan
mutu = ulekan
ciri = tempat ulekan (terbuat dari tanah liat apa batu)
peso = pisau
lumpang = tumbukan
alu = penumbuk
panci = panci
dhandhang = panci besar
rek jes = korek api
mbledhug = meletus
ndah-ndoh = plin-plan
leled = lamban
tumplek, wutah = tumpah
gedobragan = pecicilan, lari-lari, bikin ribut......
kemlithak = sok,
gemagus = sok
batur = pembantu
mambrah-mambrah = berserakan
kepriwen = gimana
emut = inget
nuwun sewu = permisi
tenimbang = daripada
runtah = sampah
ngletak = gigit sampe pecah, sampe keluar bunyi
mlarat = miskin
rayat = pembantu
majikane = majikan
padon = pojok
menangi = ketemu
- tek ajar = di amuk
- tek duphak = tendangan
- tek gajul = tendangan
- tek keplak = pukulan tangan
- tek khampleng = pukulan tangan
- tek dhupak = tendangan
- tek antem = hantam
(http://fismaba.forumotion.com/t136-kamus-bahasa-ngapak-
bahasanya-orang-kebumen-dan-sekitarnya)
2.4 Ciri-Ciri
Ciri-ciri utama bahasa ngapak yaitu dalam penggunaan nya menggunakan
dialek”a”.Karena sifatnya yang apa adanya maka bahasa ngapak jarang
sekali mengenal ewuh pekewuh atau rasa sungkan terhadap sesuatu.
Bahasa Ngapak memiliki keunikan tersendiri. Salah satu keunikan bahasa ini
adalah terdengar dan terkesan lucu. Maka tak jarang kita menemukan
bahasa Ngapak yang digunakan pelawak untuk membuat kelucuan.
Contohnya adalah Parto dan Cici Tegal. Mereka sering menggunakan
bahasa Ngapak dalam lawakannya. Kata-kata pada bahasa Ngapak pun
terkesan unik, misalnya kepriwe (bagaimana), inyong (saya), kencot (lapar).
Pada bahasa jawa standar, kata-kata itu diucapkan kepiye/piye, aku/
kula, dan ngelih/luwe.
Struktur bahasa Ngapak masih terpengaruh bahasa Jawa Kuna yakni
bahasa kawi. Jika dibandingkan dengan bahasa jawa standar, bahasa
Ngapak dalam tindak tutur menggunakan penekanan yang lebih jelas dan
tebal pada huruf, seperti huruf /k/ diakhir kata dibaca mendekati bunyi
[g], huruf /p/ mendekati bunyi [b], dan huruf /l/ yang pengucapannya
jelas dan tebal. Pengucapan vokal [a], [i], [u], [e], dan [o] pada bahasa
Ngapak dibaca dengan jelas dan tebal. Misalnya pada pengucapan kata
sega (nasi). Vokal pada akhir kata tersebut tetap berbunyi dengan intonasi
yang jelas dan tebal. Tidak seperti bahasa jawa standar yang diucapkan
sego. Selain itu juga sering digunakan pertikel tambahan seperti baén, géh,
gyéh, baé dan lain-lain.
Dalam bahasa Ngapak juga tidak banyak terdapat gradasi unggah-ungguh
atau tingkat bahasa seperti pada jawa standar yakni ngoko, ngoko alus,
krama inggil dan lain-lain. Hal ini memperlihatkan suatu ciri bahasa yang tidak
membedakan tingkat atau strata pada masyarakat. Kesamaan sosial ini
memunculkan istilah penginyongan yang bertentangan dengan budaya
feodal jawa yang tidak sesuai lagi dengan asas-asas demokrasi.
Sekarang disinyalir penggunaan bahasa Ngapak semakin menipis. Ini
dikarenakan kurangnya rasa bangga terhadap bahasa daerah pada putra
daerah. Mereka yang merantau ke daerah lain, biasanya beradaptasi
dengan bahasa pada daerah itu dan mengurangi intensitas penggunaan
bahasa Ngapak. Selain itu juga dikarenakan pengaruh bahasa asing yang
dinilai perlu untuk menghadapi tantangan kemajuan zaman dan teknologi.
Pelestarian bahasa daerah harus tetap dijalankan dan ditingkatkan. Ini
dapat dimulai dari kesadaran masyarakat agar tetap menjunjung tinggi
bahasa daerah disamping bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
(http://andixjelek.blogspot.com/2008/06/tentang-bahasa.html)
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam penulisan makalah ini penulis dapat menyimpulkan bahwa bahasa
adalah alat interaksi sosial dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran,
gagasan, maupun konsep perasaan. Bahasa Ngapak adalah Bahasa
Banyumasan menjadi salah satu ciri khas dari masyarakat Banyumasan
Dalam bahasa Ngapak juga tidak banyak terdapat gradasi unggah-
ungguh atau tingkat bahasa seperti pada Jawa standar yakni ngoko,
ngoko alus, krama inggil dan lain-lain. Hal ini memperlihatkan suatu ciri
bahasa yang tidak membedakan tingkat atau strata pada masyarakat
3.2 Saran
Sebaiknya bila kita akan menggunakan bahasa Ngapak janganlah
menggunakan bahasa tersebut d media-media yang cangkupannya luas
atau nasional seperti televisi, koran dan sebagainya. Karena bila kita
menggunaakan bahasa tersebut dikhawatirkan orang yang membaca
atau mendengarkan tidak akan mengerti tentang maksud dan tujuan
yang hendak disampaikan oleh si pembicara atau penulis tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://keselip.blogspot.com/2011/04/sejarah-bahasa-ngapak.html
http://fismaba.forumotion.com/t136-kamus-bahasa-ngapak-bahasanya-
orang- kebumen-dan-sekitarnya
http://andixjelek.blogspot.com/2008/06/tentang-bahasa.html)
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih